“tidak
ada lagi yang mengenalmu dan mengetahui sapa engkau, jika jemarimu tidak pernah
menuliskan apapun tentang dirimu. Engkau tinggallah sebuah tulang yang diinjak
oleh setiap kaki yang melewatinya. Padahal ribuan kali engkau berjuang untuk
keluarga dan lingkunganmu namun itu teramat sia-sia saat ini”
-Luthfi
Kenoya-
Waktu
itu tanggal 31 Desember 2013 jam 14.31 tidak ada kegiatan yang membuatku
bersemangat, hanya tugas kuliah yang menumpuk seperti sengaja diberikan untuk
menyiksa hari ku dalam libur akhir tahun ku.
Nanti
malam pergantian tahun, tapi tidak ada kegiatan yang pasti akan dilakukan,
hanya rencana dan ajakan dari teman – teman ku untuk mengisi malam tahun baru
dengan berjalan – jalan ke tempat wisata, tapi semuanya aku tolak dengan alasan
malam tahun baruan kali ini adalah rebo wekasan (kalau tidak tahu, Tanya kepada
yang tahu yah), padahal lagi males keluar karena langit malam Indonesia yang
selalu menurunkan airnya saat tahun baruan.
Karena
tidak ada kegiatan, aku memutuskan untuk melanjutkan mengerjakan tugas
pembuatan program menggunakan IDE Visual Basic. Notebook yang akhir – akhir ini
selalu menemani ku dalam mengerjakan tugas-tugasku tidak ada di tempatnya,
sepertinya diambil oleh kakak ku. Aku panggil, kakak ku tidak menjawab
sepertinya dia sedang keluar, lalu kubuka pintu kamarnya dan seperti dugaan ku
tidak ada siapa – siapa disana.
Saat membuka pintu kamar mata ku langsung
tertuju kepada sebuah buku yang berwarna silver dengan gambar bunga diatasnya,
terlihat sebuah tulisan yang berwarna hitam dan merah di atas cover buku
tersebut, ketebalannya sekitar 3 cm, buku itu tergeletak diatas tempat tidur
kakak ku, sebelum mengambil notebook item ku yang masih teraliri listrik karena
sedang di charger mungkin habis dipakai kakak ku. Tangan ku menjulur mengambil
buku tersebut dan kubaca tulisan yang ada didalam cover itu… “Hakikat hidup Aster, Novel hidup santri kontroversi”..
ternyata itu sebuah novel.
Karena
penasaran, aku buka novel itu secara random dan aku baca. Kalimat pertama yang
aku baca “I’ll change the world”.
Karena bingung dengan maksud kalimat itu, kemudian aku lanjutkan membaca
kalimat berikutnya…..
Saat itu Philein sedang
tidak memperhatikan Bu Yulia yang sedang menerangkan pelajaran Sejarah Islam,
dia malah memegang komik. Sungguh keterlaluan pikirku waktu itu.
Bukankah
seorang santri dituntut untuk belajar? Tidakkah dia pikir bahwa orang tuanya
bersusah payah menyekolahkannya kemari?
Aku yakin kali ini aku
akan menang saat berdebat dengannya, karena posisiku kini menguntungkan dan
tidak mungkin kalah. Pembaca komik adalah orang bodoh yang selalu bermimpi,
namun tak kunjung menggapai mimpinya, khayalan dengan imajinasinya tidak
rasional sama sekali.
“hey, apa yang kau
lakukan? Tidakkah kau pikir itu perbuatan yang tidak bermanfaat? Apalagi
dilakukan ketika jam pelajaran!” Aku memulai kalimatku tanpa basa-basi menyerang dia setelah
pelajaran Bu Yulia selesai.
“Aku
berumur 12 tahun saat itu, membaca komik Tsubasa, Naruto, One Piece. Tokoh
utama dalam cerita selalu menginsprirasiku. Tsubasa yang selalu mengatakan ‘aku
akan menjadi menjadi pemain sepak bola nomor satu didunia’, sedangkan Naruto
selalu mengatakan ‘aku akan menjadi Hokage’. Begitupun dengan One Piece yang
tidak mau kalah dengan mengatakan ‘suatu hari nanti aku akan menjadi raja bajak
laut’.” Ujar
Philein dengan gaya sok cool dihadapanku.
“Dan
dengan polosnya aku menuliskan mimpiku dalam selembar kertas yang berukuran A3
dengan bahasa Inggris, I WILL CHANGE THE WORLD. Mimpi dari seorang anak yang
tidak tahu apa-apa mengenai dunia, namun berharap untuk mengubahnya. Itu aku
yang dulu sedang bermimpi karena komik yang kubaca.”
“Jadi apa jawabanmu ?
tidakkah kau pedulikan aku?”
“mereka
bilang itu tidak mungkin, tapi aku pikir mereka harus membaca komik agar dapat
membuat sesuatu yang mustahil dapat terwujud dengan kenyataan”
“dengarkan
aku, pertanyaan itu yang membuatku malu apabila hanya berdiam diri dan tidak
melakukan apa pun untuk masa depanku nanti. Sampai hari ini aku masih bertanya
tentang siapa aku ini? Dan untuk apa aku hidup didunia ini? Pertanyaan yang
paling sering adalah, apa yang harus aku lakukan sekarang?”
“jadi apa maksud semua
ini?”
“komik
memberiku motivasi, mengajarkanku, dan menasihatiku untuk tetap berada pada
garis tujuan hidupku. Akhir-akhir ini aku mengalami hari yang sangat sulit, permasalahan
organisasi membuat pikiranku kalut tak menentu. Sedangkan waktu liburan masih
lama. Kau tahu itu? Inilah yang menjadi solusi dari segalanya.” Ujar Philein
sambil mengangkat komik Narutonya.
“Sebuah komik ?”. tanyaku keheranan.
“ya,
tepat sekali. Kini aku bisa menjawab pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sejak
tiga tahun lamanya.”
“So,
who you are?”
“I’m
leader in IPM, and I will be tacher for
change the world.”
Kalimatnya tegas, dan aku tahu dia mendapatkannya setelah
membaca komik.
Sekarang aku paham, dia
membaca komik bukan untuk melecehkan dan mengacuhkan guru yang sedang
menerangkan, melainkan mencari motivasi dan jalan keluar atas permasalahannya.
Adapun dia yang memakai
waktu untuk membaca komik itu bukan berarti dia tidak mendengarkannya sama
sekali. Justru dia sudah mengetahui pelajaran sejarah itu lebih dulu dari pada
aku dan murid yang lainnya, sehingga dia memilih untuk membaca buku lainnya dan
menunggu waktu untuk Tanya jawab. Saat itu dialah yang paling aktif bertanya,
bahkan terkadang berdebat dengan guru jika ada yang tidak sesuai dengan
argumennya.
(Novel Hakikat Hidup
Aster)
…Terkadang
kekuatan bisa muncul dari mana saja, tergantung bagaimana kita mempercayainya…
Kalimat
diatas merupakan pelajaran pertama yang aku dapatkan setelah membaca bagian
dari novel itu..
Sialnya novel itu
membuatku tertarik untuk memulai membacanya dari awal. Tadinya aku akan
mengerjakan tugas, karena keterpaksaan akan rasa penasaran yang cukup tinggi
akhirnya membuatku berpaling untuk membaca novel itu dari pada mengerjakan
tugas.
Aku keluar dari kamar kakak
ku, melangkahkan kaki menuju kursi hitam yang ada di ruang tamu dan duduk
disana dengan sebuah novel yang akan menemanikau waktu itu…
to be continued...........